Mengenal Celtic Sebagai Bangsa yang Tak Beradab Menurut Romawi
Celtic kuno tidak pernah menjadi satu kerajaan atau kekaisaran sebagaimana Romawi atau kerajaan besar yang hidup di zamannya, tetapi merupakan kumpulan ratusan kepala suku dengan budaya bersama dan bahasa yang khas.
"Kesulitan dalam menelusuri sejarah bangsa Celtic adalah adanya bukti yang menunjukkan bahwa tidak satu pun dari bangsa Celtic Kuno yang tinggal di Eropa Barat atau Tengah, akan menyebut diri mereka sebagai orang Celtic," tulis Dave Roos kepada History.
Dave Roos menulis sebuah artikel yang berjudul 8 Facts About the Celts, yang dipublikasikan pada 17 Maret 2021.
Budaya kuno yang dikenal sebagai Celtic pernah meluas jauh melampaui Kepulauan Inggris. Dengan wilayah yang terbentang dari Spanyol hingga Laut Hitam, bangsa Celtic secara geografis merupakan kelompok terbesar yang menghuni Eropa kuno.
"Karena bangsa Celtic sendiri tidak meninggalkan sejarah tertulis, kita dibiarkan mengandalkan catatan bias musuh mereka dalam pertempuran, seperti halnya catatan perang Yunani dan Romawi," tambahnya.
Sejarawan tidak tahu mengapa orang Yunani menyebut mereka Keltoi, tetapi nama itu melekat, dan bangsa Celtic mengembangkan reputasi di Yunani sebagai orang biadab yang suka minum keras dan suka berkelahi.
Bangsa Celtic kuno kebanyakan merupakan orang-orang yang buta huruf, menimbulkan sejumlah spekulasi, bahwa mereka memilih untuk tidak menuliskan sejarah bangsanya, cerita suci, atau hukum dan peradilan mereka, sebagai medium penyalur informasi.
Agama Celtic, misalnya, membutuhkan pengorbanan hewan dan manusia untuk dewa-dewa mereka. Akan tetapi, pengetahuan esoteris itu terbatas pada pendeta Celtic—yang disebut Druid—menyebarkan ajarannya secara lisan dari generasi ke generasi.
Druid adalah sosok yang sangat dihormati dan disegani dalam masyarakat Celtic. Mereka termasuk di antara sedikit orang yang bisa bepergian dengan aman di antara suku-suku yang bertikai atau berkonflik.
Meskipun suku Celtic tidak pernah bersatu secara politik di bawah satu kerajaan atau kekaisaran, tradisi lisan mereka membantu menciptakan dan mempertahankan kesatuan budaya melintasi jarak geografis yang jauh.
Itu menjelaskan mengapa Celtic paling mudah diidentifikasi dengan bahasa mereka bersama. Bahasa Celtic masih digunakan di beberapa bagian Inggris dan Prancis, termasuk Wales, Irlandia, Gaelik Skotlandia, Cornish, dan Breton.
"Prajurit Celtic sering bertempur telanjang dan dihargai sebagai tentara bayaran di seluruh Mediterania," lanjut Dave Roos.
Bangsa Romawi menyebut bangsa Celtic dengan sebutan Galli atau Gallia. "Sering bangsa Romawi kenal akibat kerap bentrok dengan suku Celtic yang menyerbu pos-pos Romawi di Italia Utara," terusnya.
Pada tahun 387 SM, seorang panglima perang Celtic yang tak kenal takut, bernama Brennus, menyegel reputasi bangsa Celtic sebagai bangsa barbar. Hal itu dibuktikan dengan caranya menjarah Roma dengan kejam.
Berabad-abad kemudian, setelah Kekaisaran Romawi menaklukkan beberapa suku Celtic di Semenanjung Iberia (Portugal dan Spanyol) yang disebut orang Romawi sebagai Gallaeci, Julius Caesar memulai Perang Galia sembilan tahun untuk mengalahkan bangsa Celtic dan berbagai kerajaan suku lainnya di Galia (Prancis modern).
"Pada akhirnya, Julius Caesar membuat perbedaan yang jelas antara dunia Mediterania yang 'beradab' di Roma dan bangsa Celtic besar yang tidak beradab dan barbar di Gaul, Prancis," pungkas Roos.
No comments: