Apakah Makhluk Luar Angkasa Benar-benar Ada?
Di alam semesta, bumi hanyalah sebutir debu. Meski kita yang tinggal di planet ini menganggap bumi sebagai tempat yang sangat luas, namun kenyataannya bumi hanya setitik kecil di luasnya alam semesta. Karena latar belakang itu pula, sebagian orang berpikir; kalau di bumi yang kecil ini ada makhluk hidup, bisa jadi di tempat lain juga ada hal serupa.
Pemikiran itu pula yang menjadi latar belakang munculnya anggapan bahwa di luar angkasa, di luar bumi, ada makhluk-makhluk hidup lain selain manusia. Mungkin makhluk-makhluk itu menghuni planet lain sebagaimana manusia menghuni bumi. Namun, sayang, sampai saat ini anggapan atau perkiraan itu belum juga terbukti.
Setidaknya, sebelum akhir abad ke-19, para ilmuwan telah berupaya menemukan tanda-tanda kehidupan lain di luar bumi hingga detik ini. Kehidupan ekstraterestrial, kehidupan yang tidak berasal dari bumi. Begitu sebutannya, yang merujuk pada pencetusan bahwa tidak mungkin di jagad semesta yang maha luas dan bertabur milyaran planet ini hanya ada bumi yang planetnya memiliki peradaban.
Upaya pencarian
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh YouGov, sebanyak 58 persen warga Amerika, Inggris, dan Jerman, masih percaya bahwa Alien yang dituding berakal cerdas itu memang ada. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang masih menaruh harapan akan adanya sebuah kehidupan yang sedang berlangsung di planet lain.
Guna menelusurinya, para ilmuwan yang tergabung dalam SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) telah memfokuskan diri untuk berusaha mencari kemungkinan-kemungkinan secara ilmiah tentang kehidupan lain di luar bumi dengan peradaban mereka yang sudah cerdas.
Upaya pencarian ini dimulai tidak lama setelah munculnya radio pada tahun 1900-an. Indikasi-indikasi awal yang dijadikan petunjuk adalah dengan pemantauan radiasi elektromagnetik untuk tanda-tanda transmisi dari peradaban di dunia lain.
Selain pencarian dengan cara mendeteksi transmisi yang masuk, pengiriman pesan ke berbagai bintang di jagad semesta raya sebagai upaya pencarian juga telah dilakukan.
Tercatat ada sepuluh proyek pengiriman pesan ke luar angkasa yang sudah terealisasi sejak tahun 1962, seperti The Morse Message (1962), Arecibo message (1974), Cosmic Call 1 (1999), Ten Age Message (2001), Cosmic Call 2 (2003), A Message From Earth (2008), Across the Universe (2008), Hello From Earth (2009), Wow! Reply (2012) dan Lone Signal (2013).
Seperti dikutip dari The Telegraph, kedatangan dari pesan tersebut juga relatif lama hingga sampai di tujuan. Yang tercepat adalah A Message From Earth yang akan sampai di tujuan pada 2029 nanti.
Negara-negara besar seperti Rusia, Amerika, dan Cina, tercatat memiliki teleskop raksasa dengan daya jangkau luas, yang diharapkan dapat menunjang penangkapan sinyal-sinyal dari makhluk cerdas luar angkasa, termasuk juga sebaliknya mengirimkan sinyal-sinyal ke mereka.
Seperti baru-baru ini, pemerintah Cina berhasil menyelesaikan sebuah teleskop radio raksasa yang diameternya mencapai 500 meter. Proyek yang sudah dimulai sejak tahun 2011 ini bernama Aperture Spherical Telescope atau FAST, dengan lokasi di selatan Guizhou, Cina. Melihat diameternya, praktis ini menjadi yang terbesar di daratan Asia.
Berbeda dari teleskop lain dalam tujuan utamanya, teleskop FAST dengan 4.450 panel segitiga ini difungsiutamakan untuk menyerap tanda-tanda kehidupan yang terpancar dari planet lain di luar bumi.
"FAST berpotensi untuk menelusuri keberadaan alien, 5 sampai 10 kali lebih canggih dari peralatan yang ada saat ini, karena mampu melihat planet yang letaknya jauh dan lebih gelap," ujar Peng Bo, dari National Astronomical Observation pada media Xin Hua.
Di Amerika Serikat, teleskop bernama Observatorium Arecibo menjadi tempat mendalami berbagai kemungkinan menerima sinyal-sinyal yang tidak biasa dan merujuk pada makhluk cerdas luar angkasa. Ada tiga bidang utama penelitian yang dihasilkan dari teleskop ini, yaitu astronomi radio, ilmu atmosfer, dan astronomi radar.
Dari teleskop ini, tercatat ada dua upaya komunikasi pengiriman pesan untuk kehidupan luar bumi. Pertama pada tahun 1974 saat diarahkan ke bintang Messier 13, yang berjarak 25.000 tahun cahaya, dan dinamai Arecibo message. Kedua, pengiriman pesan pada 7 November 2009, bernama RuBisCO, yang mentransmisikan ke tiga bintang terdekat, L 1159-16, Teegarden's star, dan Kappa1 Ceti.
Tak ketinggalan, Rusia juga memiliki teleskop raksasa bernama RATAN-600, yang utamanya dioperasikan sebagai teleskop transit. Diameternya mencapai 576 meter, menjadikannya sebagai teleskop terbesar di dunia. Tercatat, kandidat sinyal kehidupan luar angkasa sempat terekam oleh teleskop ini.
Pada 2015, RATAN-600 mendeteksi sebuah sinyal kuat dari arah bintang HD 164595. Sinyal dilaporkan mengalami naik dan turun, seperti yang menjadi ciri datangnya sinyal dari sumber yang jauh. Meskipun belakangan Russian Academy of Science menyatakan bahwa sinyal yang dideteksi oleh teleskop itu kemungkinan besar berasal dari bumi.
Masih menyisakan perdebatan
Ada banyak tantangan ketika mengurai hasil tangkapan gelombang yang tidak biasa dan menjadi kandidat sinyal dari kehidupan luar angkasa. Tidak jarang juga sinyal aneh yang diterima pada akhirnya tidak terkait kehidupan di luar angkasa. Di sisi lain, masih muncul perdebatan-perdebatan terkait upaya memecahkan setiap sinyal dugaan awal dari kehidupan luar angkasa.
Belum lagi, saat ini tidak semua ilmuwan terkait setuju dan menempatkan proyek pencarian makhluk luar angkasa sebagai prioritas atau misi utama.
Ada yang menarik dari hasil sebuah konvensi American Association for the Advancement of Science pada 13 Februari 2015 lalu. Selain mengapresiasi upaya pencarian dengan mengirimkan pesan ke luar angkasa, salah satu hasil lainnya adalah pernyataan bahwa diskusi ilmiah, politik dan kemanusiaan di seluruh dunia harus terjadi sebelum pesan apapun dikirimkan.
Jadi, sudah siapkah bumi menyambut jawaban pesan dan kedatangan makhluk luar angkasa yang selama ini dicari?
No comments: