Sejarah Myanmar Disebut Negeri Seribu Pagoda
Sekitar 700 tahun yang lalu, ketika penjelajah Marco Polo melewati Myanmar, satu kota menarik perhatiannya dengan ditemukannya Kerajaan Pagan. Kerajaan Burma pertama tersebut berlangsung dari abad ke-9 hingga ke-13 dan memiliki pengaruh Buddha yang kuat. Ada sekitar 10.000 kuil dan bangunan keagamaan dibangun di ibu kota pada masa itu, seperti yang dilansir dari Earth Observatory.
Polo terpesona oleh banyaknya menara yang menghiasi pemandangan, dengan mengatakan bahwa pagoda tersebut menjadikan kota itu "salah satu pemandangan terbaik di dunia". Berangkat dari banyaknya pagoda hingga mencapai ribuan, menjadi sejarah Myanmar dijuluki Negeri Seribu Pagoda. Meski, di pertengahan abad ke-13, Kerajaan Pagan runtuh karena invasi bangsa Mongol.
Banyak kuil dan pagoda di kota itu runtuh karena serangan berulang serta bencana alam, yang kebanyakan gempa bumi. Namun, lebih dari 3.000 bangunan dan reruntuhan bersejarah masih berdiri hingga saat ini, menjadikan Pagan salah satu situs arkeologi paling mengesankan di Asia. Salah satu bangunan paling terkenal dan indah adalah Pagoda Ananda, kadang-kadang disebut sebagai "Biara Westminster di Burma".
Dibangun sekitar 1105, pagoda ini adalah salah satu kuil Pagan yang terbesar dan terawat. Pagoda Ananda adalah pusat dari salah satu festival terbesar kota, yang merayakan kehidupan tradisional para petani dengan gerobak sapi yang dihias. Zona Arkeologi Kerajaann Pagan terletak di sebelah Sungai Irrawaddy yang juga dikenal sebagai Ayeyarwady, jalur air utama yang mengalir di Myanmar.
Pada abad ke-13, Kerajaan Pagan menguasai sungai dan transportasi, yang membantu mereka menguasai negeri lebih jauh, menurut sejarah Myanmar. Saat ini, sungai merupakan jalan penting untuk transportasi komersial dan membantu menyediakan area subur untuk pertanian di Myanmar. Sungai ini juga merupakan rumah bagi lumba-lumba Irrawaddy yang terancam punah. Pada era modern, lebih dari 500.000 orang mengunjungi Pagan setiap tahun. Pada 2019, kawasan itu dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO untuk mempromosikan pelestarian kuil dan reruntuhan Buddha bersejarah.
No comments: