Ads Top

Kutub Selatan Matahari Perlahan Terungkap untuk Pertama Kalinya




Fakta aneh tentang Matahari adalah bahwa meskipun kita telah mempelajarinya secara rinci selama berabad-abad, kita belum pernah melihat kutub-kutubnya. Untungnya, kita memiliki misi untuk melakukan itu dan banyak upaya lainnya.

Solar Orbiter (Pengorbit Surya) milik Badan Antariksa Eropa (ESA) kini sedang mencitrakan Matahari tidak seperti sebelumnya. Lintasan dekat pertama pengorbit ini mengungkapkan sifat-sifat baru bintang kita dan mulai memperlihatkan kutub-kutubnya.

Planet-planet dan sebagian besar pesawat antariksa yang kita kirim ke luar angkasa cenderung mengorbit pada bidang yang sangat sempit di sekitar ekuator Matahari. Ini tidak memungkinkan untuk melihat kutub-kutub Matahari.

Jadi dengan menggunakan tarikan gravitasi Venus, kemiringan Solar Orbiter akan dinaikkan lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Kemiringan Solar Orbiter saat ini terhadap ekuator Matahari adalah 4,4 derajat, dan diperkirakan akan berlipat ganda pada flyby Venus, saat Venus melewati Matahari lagi, berikutnya pada bulan September.

Meski masih butuh beberapa tahun lagi untuk melihat lebih jelas ke bawah ke kutub Matahari, dari perihelion pertamanya –titik terdekat dengan Matahari– pada 26 Maret kemarin, Solar Orbiter telah membawa gambar pertamanya dari wilayah kutub selatan Matahari yang belum banyak dijelajahi.

Para peneliti meyakini bahwa memahami kompleksitas medan magnet di kutub-kutub Matahari mungkin memberikan petunjuk tentang siklus matahari. Siklus ini memiliki periode sekitar 11 tahun di mana aktivitas Matahari bertambah dan berkurang.


Dalam perjalanannya yang keempat saat Matahari dilewati Venus pada Februari 2025, kemiringan orbit Solar Orbiter akan dinaikkan menjadi 17 derajat. Kemudian pada Desember 2026, setelah melewati pergerakan lain, kemiringannya akan mencapai 24 derajat. Itu akan menjadi awal dari misi "lintang tinggi" tersebut.

"Kami sangat senang dengan kualitas data dari perihelion pertama kami," ujar Daniel Müller, Ilmuwan Proyek ESA untuk Solar Orbiter, seperti diberitakan IFL Science.

"Hampir sulit untuk percaya bahwa ini hanyalah awal dari misi. Kami benar-benar akan sangat sibuk."

Meski kita masih belum sepenuhnya mengintip ke kutub, Solar Orbiter telah mengirimkan data mutakhir tentang Matahari dengan sepuluh instrumennya. Di antara hasil pengamatannya baru-baru ini, ada yang disebut "landak" --fitur plasma 25.000 kilometer yang terbuat dari jarum-jarum gas panas dan dingin yang menyebar ke berbagai arah.

"Bahkan jika Solar Obiter berhenti mengambil data besok, saya akan sibuk selama bertahun-tahun untuk mencari tahu semua hal ini," jelas David Berghman, peneliti dari Royal Observatory of Belgium dan Principal Investigator (PI) dari instrumen Extreme Ultraviolet Imager (EUI).

Selama perihelion, Solar Orbiter berada 47,9 juta kilometer dari Matahari. Jarak itu kira-kira setara dengan 69 kali radius Matahari.

Karena sangat dekat dengan Matahari, pelindung panasnya mencatat suhu sekitar 500 derajat Celsius yang hilang dengan baik tanpa memasak instrumen di dalamnya. Solar Orbiter merupakan pesawat luar angkasa yang membawa misi kerja sama antara ESA dengan NASA.

No comments:

Powered by Blogger.