Pernah Jaya, Inilah Kedigdayaan Senjata Perang Kaum Muslim Tempo Dulu
Dahulu dunia Islam pernah unggul dalam senjata dan perang. Hal ini bermula dari bubuk mesiu.
Pada abad kesatu bangsa Tionghoa menemukan pembuatan sendawa atau kalium nitrat, bahan penting bubuk mesiu. Orang-orang Tionghoa menggunakan bubuk mesiu untuk pertunjukan kembang api yang spektakuler.
Orang-orang Tionghoa masih belum mengetahui proporsi yang tepat untuk membuat ledakan yang lebih bertenaga. Para ahli kimia dari peradaban Islam lah yang melanjutkan penelitian Tiongkok dan kemudian menemukan cara menggunakan bubuk mesiu agar menciptakan ledakan kuat untuk senjata api.
Penggunaan bubuk mesiu oleh tentara Islam menjadi keunggulan besar kaum muslim. Mereka unggul dan berjaya dalam pertempuran melawan tentara perang salib Kristen yang mencoba merebut Yerusalem dari tangan muslim dari abad ke-11 hingga ke-14.
Peradaban muslim juga memperbaiki rancangan meriam supaya bisa digenggam oleh tangan. Peradaban muslim adalah peradaban pertama yang membuat senjata api laras ganda, sebagaimana dikutip dari buku 1001 Penemuan dan Fakta Mempesona Peradabam Muslim, National Geographic Kids.
Pada abad ke-15 Turki Osmani memiliki meriam yang lebih besar dan lebih kuat dibanding semua meriam yang digunakan di Eropa pada waktu itu. Meriam terbesar dipesan oleh Sultan Mehmed II atau Muhammad Al-Fatih pada 1453 untuk pengepungan Konstantinopel.
Terbuat dari perunggu, meriam seberat 18 ton itu sangat panjang sehingga harus dibuat dalam dua bagian, baru disatukan. Secara keseluruhan, meriam tersebut panjangnya melebihi 5 meter dan garis tengahnya 60 sentimeter, dengan laras sepanjang hampir 3 meter.
Meriam itu mampu menembakkan peluru sejaruh 1 mil. Sebelumnya, tak pernah ada meriam yang dibuat sehebat itu.
Pada tahun 1867 Ratu Victoria meminta agar meriam milik Sultan Mehmed dipamerkan di Inggris. Waktu itu, meriam tersebut dikenal sebagai "meriam terpenting di Eropa."
Sultan Abdul Aziz menghadiahkan meriam tersebut kepada Ratu Victoria dan meriam itu sekarang dipamerkan di Museum Fort Nelson, Portsmouth, Inggris. Kaligrafi hiasan melingkari moncong meriam Sultan Mehmed tersebut.
Meriam Sultan Mehmed kini menjadi bagian koleksi persenjataan Kerajaan Inggris. Meriam ini dikoleksi bersama 70.000 contoh senjata lainnya dari zaman dulu hingga kini.
Ilmuwan Suriah abad ketiga belas, Hasan Al-Rammah, juga merupakan ilmuwan Islam yang unggul di bidang persenjataan. Dia pernah menulis salah satu buku terpenting mengenai teknologi militer, Kitab Al-Furusiyah wa Al-Manasib Al-Harbiyah alias Kitab Keprajuritan dan Alat Perang.
Buku Al-Rammah ini berisi lusinan resep bubuk mesiu. Buku ini juga mencantumkan diagram aneka senjata termasuk penjabaran roket militer pertama di dunia.
Diagram lain di buku Al-Rammah menggambarkan torpedo pertama, sejenis roket yang dirancang untuk menyusuri permukaan air. Torpedo berbentuk buah pir itu dibuat dari besi dan diarahkan oleh dua sirip kemudi.
Torpedo tersebut berisi campuran bahan peledak dan serbuk besi yang dibungkus lapisan kain tebal. Tombak di moncong torpedo bisa menancapkan torpedo di kapal kayu lawan sebelum meledak.
Museum Udara dan Luar Angkasa Nasional di Washington DC, Amerika Serikat, turut mengoleksi salah satu model roket Al-Rammah tersebut. Para ilmuwan barat lah yang kini terus mempelajari dan mengembangkan senjata-senjata yang dulu digagas oleh para ilmuwan muslim.
No comments: