Kisah Tiga Kerajaan (Sam Kok), antara Mitos dan Fakta
Kisah klasik dari negeri china ini begitu populer hingga beredar puluhan adaptasi film, game bahkan komik yang hampir tidak pernah putus. bercerita tentang usaha ratusan tokoh dalam menyelamatkan negara mereka dari kehancuran (Han AD 220-289). dimulai dari usaha menumpas pemberontakan dan memperbaiki negara, tetapi karena perbedaan motivasi, pandangan dan kepentingan masing-masing tokoh akhirnya berujung pada perpecahan menjadi 3 negara atau kerajaan.
Uniknya Kisah Tiga Negara bukan sekedar kisah rekaan belaka tetapi betul-betul bercerita tentang tokoh atau pelaku sejarah yang betulan ada dan hidup di masa tersebut. rangkaian kejadian yang diceritakan hingga akhirnya pecah menjadi 3 kerajaan sesuai dengan fakta sejarah. hanya saja banyak kejadian, detail serta akurasinya yang berkurang atau berubah karena terus menerus diceritakan ulang secara lisan sejak kejadian aslinya pada abad ke 3.
Dibutuhkan waktu kurang lebih 1100 tahun hingga akhirnya Kisah Tiga Negara untuk pertama kalinya dicetak pada abad ke 14. hal ini membuatnya lebih akurat daripada penyampaian secara lisan. sejak saat itu sudah dilakukan beberapa revisi tetapi jalannya sebagian besar cerita sudah sama dengan versi modern yang adaptasinya kita lihat dalam berbagai media. sedikitnya revisi dan usia dari sumber aslinya membuat Kisah Tiga Negara dipercaya sebagai sumber sejarah.
Padahal Kisah Tiga Negara sejatinya adalah karya sastra. faktor kekayaan sejarah di dalamnya adalah kepintaran penulisnya yakni Luo Guanzhong (1330-1400) dalam menceritakan konflik yang terjadi sesuai kejadian aslinya berikut dengan situasi politik, motivasi hingga ambisi yang dimiliki oleh sekian ratus tokoh dalam cerita. hal ini membuat dunia ciptaannya terasa nyata dan riil, namun sebenarnya di dalamnya terdapat banyak kesalahan dan inakurasi sejarah.
Sebagai karya sastra Kisah Tiga Negara memiliki beragam kekeliruan sejarah. hal ini terjadi karena 2 alasan, yang pertama adalah terbatasnya data sejarah yang dimiliki oleh sang penulis. ketika itu catatan sejarah resmi disimpan oleh lembaga kekaisaran sehingga cross check hampir mustahil untuk dilakukan kecuali oleh pejabat terkait. karena itu kemungkinan besar penulis hanya bekerja dengan tulisan dan data-data sekunder yang diwariskan oleh penulis-penulis sebelumnya.
Kisah Tiga Negara dipercaya bukan hasil karya dari seorang pengarang saja tetapi kompilasi dari puluhan bahkan ratusan penulis yang dikumpulkan dari satu generasi ke generasi lainnya. karena itu Luo Guanzhong tidak menuliskan namanya dalam cetakan Kisah Tiga Negara karena menganggap karya tersebut bukanlah hasil ciptaannya pribadi. lalu alasan yang kedua, kekeliruan sejarah dalam Kisah Tiga Negara terjadi karena faktor kesengajaan.
Lho, disengaja?
Jangan bingung, kekeliruan sejarah ini disengaja karena bertujuan untuk menggugah nasionalisme dan semangat bela negara generasi muda di jamannya. ketika kisah ini dibuat negeri china sedang dikuasi oleh bangsa asing yakni dinasti Yuan (Mongol) dan sedang berjuang untuk merebut kemerdekaannya kembali. oleh karena itu dalam cerita banyak dilakukan penekanan pada unsur cinta negara, loyalitas kepada bangsa dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
Hal-hal di atas membutuhkan kehadiran seorang tokoh "jagoan" yang bisa menjadi panutan bagi generasi muda. seorang role model yang inspirasi, motivasi dan tindakannya bisa dicontoh. disinilah kekeliruan sejarah secara sengaja terjadi. Liu Bei dan pengikutnya diambil sebagai tokoh protagonis atau pemeran pihak baik. hal ini membuat karakter Liu Bei mengalami pembersihan sehingga tampil sebagai penguasa yang bijak, cinta rakyat dan tidak menyukai peperangan.
Sementara Liu Bei diceritakan sebagai penguasa ideal yang dicintai rakyat, Cao Cao seorang tokoh dari kubu lainnya diceritakan sebagai sosok licik, ambisius dan kurang bermoral. hal ini terjadi karena kebutuhan narasi cerita yang membutuhkan sisi baik dan sisi jahat agar menarik untuk diikuti. Cao Cao sekedar mendapatkan porsi antagonis atau pemeran jahat. tentu bukan hanya soal karakter tetapi jalannya cerita pun agak menyimpang dari sejarah.
Faktanya Liu Bei adalah seorang warlord atau penguasa militer yang kapabel dan aktif berperang selama masa konflik sehingga berhasil keluar sebagai salah satu penguasa dari 3 kerajaan. ia memang diketahui lebih peduli dengan nasib rakyat kecil tetapi bukanlah seorang naif yang menolak berperang. banyak siasat dan tipu muslihat perang yang dilakukan oleh Liu Bei tetapi disebutkan dilakukan oleh bawahannya dalam cerita untuk menjaga imagenya.
Demikian juga sebaliknya, Cao Cao selalu diceritakan sebagai seorang egois yang berdarah dingin dan penuh kecurangan dalam bertindak, padahal ia melakukan banyak kebaikan juga sehingga penduduk di dataran tengah dan utara china bisa selamat dari bencana kelaparan dan peperangan. menghadapi perbedaan yang kontras antara karya sastra dan fakta sejarah bagaimana kita sebaiknya menyikapi Kisah Tiga Negara?
Karya sastra Kisah Tiga Negara yang kita kenal merupakan kompilasi Luo Guanzhong dan secara formal dikenal sebagai Sanguo-yanyi. oleh para ahli, karya sastra ini disebut-sebut memiliki kadar sejarah sekitar 70%. jadi latar belakang dan banyak kejadian yang diceritakan lumayan sesuai dengan fakta sejarah tetapi 30% lainnya rekaan karena dibutuhkan untuk kepentingan narasi cerita. lalu bagaimana dengan sejarah asli mengenai era Tiga Negara?
Memperkenalkan Sanguo-zhi atau Records of the Three Kingdoms, sebuah catatan sejarah yang dituliskan pada masa akhir dinasti Han. dibuat oleh Chen Shou (233-297) yang hidup pada masa tersebut dan menerima tugas dari pemerintah untuk menulis kejadian yang berlangsung pada masa Tiga Kerajaan. pemilihan Chen Shou sendiri disengaja karena dianggap sebagai sosok yang lebih netral dimana ia bukan merupakan pejabat asli dari dinasti yang berkuasa.
Karya Chen Shou berbentuk kumpulan biografi yang diakui oleh kekaisaran sebagai dokumen sejarah resmi. tentu dokumen yang sedemikian penting tidak lepas dari beragam kritik, sanggahan, maupun cross check dengan narasumber yang masih hidup atau pencatatan resmi kekaisaran. karyanya tersebut sudah melalui banyak kritisi, revisi dan penilaian lanjutan oleh akademisi dan departemen pencatatan kekaisaran baik yang sejaman maupun pada era setelahnya.
Bisa dimengerti bahwa Sanguozhi kemudian diakui sebagai dokumen sejarah oleh para ahli. bebas dari bias atau propaganda penguasa karena terus-menerus mengalami revisi yang dilakukan oleh para ahli yang hidup pada zaman atau dinasti setelahnya sehingga tidak memiliki kepentingan politis untuk melakukan distorsi sejarah. karena itu kredibilitas catatan sejarah tersebut dianggap tinggi dan layak menjadi sumber untuk mempelajari sejarah Tiga Negara yang sebenarnya.
Demikian pentingnya dokumen ini sehingga ketika ditemukan oleh sejarawan modern, ratusan biografi tersebut disertai dengan beragam dokumen pelengkap yang berisi kritisi, komentar serta fakta pembanding yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya. berbagai revisi, alasan serta teks aslinya dicatat dengan lengkap sehingga memudahkan penelitian. tidak ketinggalan profil Chen Shou sebagai penulis dan kehidupannya sebagai bahan pertimbangan lanjutan.
Catatan sejarah ini sebagian sudah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris oleh para pemerhati sejarah klasik. namun sejauh ini kurang begitu populer dibandingkan dengan versi novelnya karena tidak berbentuk cerita atau tanpa narasi. lebih mirip dengan berita yang baku dan formal. setidaknya keberadaan catatan sejarah tersebut membuat pembaca modern mampu memisahkan antara mitos dan fakta yang terjadi dalam Kisah Tiga Negara.
Dengan membandingkan Kisah Tiga Negara atau sanguo-yanyi dengan catatan sanguo-zhi bisa diketahui peristiwa sejarah yang sebenarnya terjadi. banyak pihak yang sudah melakukan cross check antara 2 sumber tersebut dan mendapati banyak perbedaan. rangkuman dari perbedaan tersebut sudah ada entry wiki-nya sendiri yang bisa dilihat pada link berikut : list fiksi dalam kisah 3 kerajaan.
No comments: