Ads Top

Misteri Wajah Tiga Mumi Mesir Kuno Terungkap Berkat Analisis DNA


Baru-baru ini para ilmuwan berhasil merekonstruksi wajah tiga mumi Mesir kuno berdasarkan data DNA mereka. Para ilmuwan menggunakan informasi genetik yang diambil dari ketiga mumi itu untuk menghasilkan gambar digital seperti apa rupa orang-orang Mesir kuno tersebut pada usia 25 tahun.

Ketiga orang yang menjadi mumi itu adalah para penduduk Abusir el-Meleq, sebuah kota Mesir kuno di selatan Kairo. Orang-orang itu diperkirakan meninggal antara tahun 1380 Sebelum Masehi dan 450 Masehi.

Hasil rekonstruksi wajah ketiga mumi itu telah dipresentasikan di International Symposium on Human Identification pada bulan September 2021. Presentasi tersebut dibawakan oleh tim peneliti dari Parabon NanoLabs.

“[Ini] adalah pertama kalinya upaya fenotip DNA komprehensif dilakukan pada DNA manusia seusia ini,” kata Parabon, sebuah perusahaan berbasis di Virginia yang biasanya menggunakan analisis genetik untuk membantu memecahkan kasus-kasus mangkrak (cold cases) dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Smithsonian Magazine.

Untuk merekonstruksi wajah orang-orang Mesir kuno itu, para peneliti menggunakan upaya fenotip DNA yang bisa memprediksi penampilan fisik individu berdasarkan penanda genetiknya. Upaya fenotip DNA atau DNA phenotyping ini dapat menunjukkan warna kulit, rambut, dan mata subjek.

Namun seperti yang ditulis Caitlin Curtis dan James Hereward untuk The Conversation pada tahun 2018, proses fenotip DNA ini memiliki sejumlah keterbatasan. Oleh karena itu, tim peneliti menentukan karakteristik lain dari mumi-mumi tersebut melalui pemeriksaan fisik jenazah mereka, seperti dilaporkan oleh New York Post.

Parabon menggunakan DNA mumi-mumi tersebut yang diambil pada tahun 2017 untuk membuat gambar tiga dimensi (3D). Studi sebelumnya, yang dipimpin oleh para ilmuwan di Max Planck Institute for the Science of Human History di Jerman, menandai pertama kalinya para peneliti berhasil mengekstraksi DNA dari mumi kuno. Ini adalah sebuah "prospek menggiurkan" yang telah lama dianggap "lebih berat ke mitos daripada sains," tulis Ben Panko untuk majalah Smithsonian pada saat itu.

"[Para ilmuwan] umumnya skeptis tentang keawetan DNA di mumi-mumi Mesir, karena iklim panas, tingkat kelempaban yang tinggi di makam-makamnya, dan beberapa bahan kimia yang digunakan selama mumifikasi, yang semuanya merupakan faktor-faktor yang membuat DNA sulit untuk bertahan hidup selama itu," ujar Stephan Schiffels, rekan penulis studi tahun 2017 itu, seperti diberitakan Live Science.

Adapun gambar-gambar yang dirilis oleh Parabon baru-baru ini menunjukkan tiga wajah yang mirip dengan orang-orang Mediterania dan Timur Tengah modern daripada orang-orang Mesir modern. Berdasarkan hasil fenotip DNA, tim menunjukkan bahwa ketiga mumi Mesir kuno itu memiliki kulit cokelat muda dengan rambut dan mata gelap.


Parabon menggunakan DNA mumi-mumi tersebut yang diambil pada tahun 2017 untuk membuat gambar tiga dimensi (3D). Studi sebelumnya, yang dipimpin oleh para ilmuwan di Max Planck Institute for the Science of Human History di Jerman, menandai pertama kalinya para peneliti berhasil mengekstraksi DNA dari mumi kuno. Ini adalah sebuah "prospek menggiurkan" yang telah lama dianggap "lebih berat ke mitos daripada sains," tulis Ben Panko untuk majalah Smithsonian pada saat itu.

"[Para ilmuwan] umumnya skeptis tentang keawetan DNA di mumi-mumi Mesir, karena iklim panas, tingkat kelempaban yang tinggi di makam-makamnya, dan beberapa bahan kimia yang digunakan selama mumifikasi, yang semuanya merupakan faktor-faktor yang membuat DNA sulit untuk bertahan hidup selama itu," ujar Stephan Schiffels, rekan penulis studi tahun 2017 itu, seperti diberitakan Live Science.

Adapun gambar-gambar yang dirilis oleh Parabon baru-baru ini menunjukkan tiga wajah yang mirip dengan orang-orang Mediterania dan Timur Tengah modern daripada orang-orang Mesir modern. Berdasarkan hasil fenotip DNA, tim menunjukkan bahwa ketiga mumi Mesir kuno itu memiliki kulit cokelat muda dengan rambut dan mata gelap.

Menurut pernyataan Parabon, rekonstruksi wajah tiga dimensi itu "sangat konsisten" dengan analisis genom sebelumnya, yang menyimpulkan bahwa "orang-orang Mesir kuno memiliki lebih banyak nenek moyang dengan orang-orang Timur Dekat daripada orang-orang Mesir masa kini, yang menerima campuran sub-Sahara tambahan di periode yang lebih baru."

Setelah memprediksi kemungkinan fenotip atau penampilan fisik ketiga pria Mesir kuno itu, tim Parabon kemudian mencari database perusahaan untuk orang-orang yang DNA-nya sangat mirip dengan orang-orang Mesir kuno tersebut, seperti dilansir CNET. Dengan mempertimbangakan informasi yang diambil dari database tersebut, para peneliti kemudian memodelkan kemungkinan lebar, tinggi, dan kedalaman kepala mumi-mumi itu dan karakteristik wajah mereka. Seorang seniman forensik mengambil alih proses penggambaran tersebut.

"Sangat menyenangkan melihat bagaimana pengurutan genom dan bioinformatika tingkat lanjut dapat diterapkan pada sampel kuno," kata direktur bioinformatika Parabon, Ellen Greytak, dalam pernyataannya.

"Studi ini merupakan bukti konsep yang menarik tentang seberapa banyak yang dapat kita pelajari tentang orang-orang kuno dari DNA mereka," ujar Greytak.

No comments:

Powered by Blogger.